Biarlah Lupakanlah saja aku
Mungkin banyak orang yang ingin mati untuk diingat
Banyak yang memiliki ambisi untuk mendapatkan pencapaian
Agar orang lain akan mengingatnya sewaktu dia mati
Lihat saja Mozart yang karyanya sampai sekarang masih didengar
Namun di sisi lain ada Salieri yang bahkan untuk menyebutkan satu karyanya saja terkadang lupa
Salieri adalah salah satu dari jutaan mediocore yang namanya cukup diingat
Bagiku didunia ini penuh dengan mediocore yang ingin melakukan lebih
Namun apapun itu jangan pernah berpikir untuk merasa kurang dari yang lain
Bagiku Tuhan adil karena Mozart mati saat usia belum genap 40 tahun, usia cukup muda untuk mati
Saleiri cukup berumur panjang
Namun bukan itu poin yang ingin kusampaikan
Perlombaan yang kita ikuti ini bukan untuk siapa2, percayalah
Semua ada waktu dimana terkadang kita tidak memerlukan tepuk tangan
Ada waktunya dimana kita hanya bisa menikmati setiap proses yang dijalani
Dan tidak sadar saat berusia 70 tahun
Ada kalanya orang yang mati muda tidak pernah terpikirkan hal itu
Kalau saja Mozart hidup lebih lama, mungkin saja orang-orang akan mengingat dia sebagai sosok yang berbeda
Walaupun semua masih menganggap dia jenius
Saya tidak berpihak kepada salah satu dari mereka
Saya hanya terdiam dan tiba-tiba memikirkan bahwa apa yang saya lakukan saat ini tidak akan pernah cukup
Sampai kapanpun, seberapa pun besar saya coba, pasti akan ada yang lebih baik dari saya, itu pasti
Namun yang saya tahu pasti saya merupakan individu yang lebih baik dari satu hari yang lalu, itu pasti
Dan itu sudah jatah saya di perlombaan saya sendiri, bukan orang lain.
Dan saat itulah ketika saya mencapai garis finish, disitulah seruan dan tepuk tangan akan diberikan dari saya untuk saya sendiri.
Mediocore I'm with you no matter what
Yang jelas jangan mediocore2 amat dan mati muda wkwk
Terus Asahh
PUASAAA
Sebentar lagi puasa boss, udah ga terasa sebulan ini aku di Bandung ngerantau perihal magang yang tidak terduga. Rasanya bulan Puasa kayakke ga jauh beda sama kaya sebulan belakangan ini. Iyaa, aku di sini memang baru sebulan, tapi sungguh aku merasa sedang berpuasa. Yang aku maksud bukan berpuasa menahan makan dan minum saja, tapi menahan godaan duniawi yang sungguh tidak terduga dilempar ke mukaku plakk, terus nempel kaya lemper.
Intinya aku ngerasa pengalaman rantau keduaku ini lebih sulit daripada yang kukira walaupun baru genap satu bulan, dan maish ada dua bulan kontrak magangku. Terpaksa ngulang kayak tahun 2019 pas masih di Malang bulan Ramadhan cuma balik pas beberapa hari menjelang hari Raya Idul Fitri. Acara-acara buka bersama teman dan keluargaku kukorbankan pada kala itu. Sekarang mau buka makan aja mikir harus beli makan atau harus masak, karena takut boros.
Lagi-lagi masalah uang, ya uang. Orang-orang pikir saya disini tamasya dikasih uang bulanan sama Bapak terus kerja enak ga perlu keringatan karena emang bangunan kantornya sistem suhunya bagus, anywayy. Jadi sudah sebulan ini aku hidup di Bandung cuma bermodalkan 200 ribu pemberian Bapak pas terakhir ketemu di Hotel, sama sisanya pake uang sisa tabungan kemarin yang sebenernya udah tinggal dua dijit aja. Mungkin emang bener kata Bu Megawati, kalo masak jangan melulu pake minyak wkwwk.
Aku memang harus mutar otak 180 derajat disini, biar gimana uang tabunganku ga habis bahkan sampe gajian pertama. Sungguh ketika orang Jogja yang rantau ke kota besar kaya Bandung pasti akan sulit adapatasinya ya dalam hal uang lah apalagi. Di sini hampir semuanya lebih mahal, bahkan harganya kadang dua kali lipat dari harga normal di Jogja. Katakanlah sekali makan nasi Padang disini habis 20.000 itupun cuma beli nasi, sambel, sama ayam goreng aja, belum beli es teh. Cuma enaknya kalo disini minumnya kadang dikasih gratis walaupun cuma air mineral.
Satu bulan ini aku cukup mulai bisa terbiasa dengan sebagian hal-hal kecil di Bandung. Sudah mulai punya teman, walaupun teman sepermagangan. Cuma memang kadang harus ngampet kalo diajak main, soalnya temen-temen emang orang jabodetabek, jadi ya nongkrongnya yang biasanya di angkringan ini harus di caffe yang harga satu coklat angetnya 20.000 dan itu dianggap sudah murah bagi mereka. Ya begitulah, tanggunan skripsi dan UKT juga sudah di depan mata, jadi sepertinya memang agak nunjang-nunjang pager buat semhas besok, tapi tak apalah.
Yang penting lulus, dan ga bayar ukt lagi. Mungkin cukup dulu tulisan hari ini, besok masih ada deadline sama asistensi dosen, karepmu ta mau kamu baca atau engga yang penting udah nulis haha.
Tak perlu mendekat untuk berbicara
Selamanya kau akan selalu menjadi bagian dari salah satu hal yang paling membingungkan dalam hidup dan memoriku
Mungkin bukan dalam satu halaman dan buku yang sama tempat kita bertemu
Tapi paling tidak kau masih menjadi sebuah "kata" yang selalu kusimpan dengan tenang di hati ini
Tanggal 31 Desember adalah hari ini, yang artinya kita sudah ada di penghujung akhir tahun lagi. Waktu itu relavan kata Einstein, kalo kataku tahun ini rasanya menjadi tahun refleksiku yang paling banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2021 merupakan salah satu tahun dimana kita dilanda banyak sekali krisis, namun kita semua saat ini masih ada disini merupakan salah satu privilage yang diberikan Tuhan.
Tahun ini aku banyak disukusi dengan Tuhan terkait hal yang menjadi fenomena dunia lalu masuk kedalam kehidupanku. Aku menangis cukup banyak tahun ini, namun aku juga banyak tertawa. Hal yang aku pikir akan lebih lama bertahan ternyata lebih cepat pergi dari dugaanku, sehingga aku mulai sadar betul bahwa apapun itu dapat direnggut tiba-tiba dariku. Aku mulai bersikap santai dengan itu, namun tetap saja jika hal itu mendekat rasa takutku tetap ada disana. Ya mungkin karena aku hanya manusia. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan menunggu dan bersabar serta menjalani hari-hari selanjutnya. Solusinya ya waktu itu sendiri.
Ketika orang-orang sibuk dengan mengisi waktu mereka dihari akhir tahun ini dengan berbagai macam kegiatan dan beberapa dari mereka mungkin sudah menyusun apa yang seirng disebut dengan 'Resolusi'. Menurut KBBI definisi/arti kata 'resolusi' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah /résolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan. Hal yang dapat digaris bawahi adalah kata perminataan, putusan, dan tuntutan yang berarti seseorang itu mulai menyusun dan memutuskan permintaan mereka di tahun selanjutnya. Kalau kata beberapa orang hal ini diperlukan untuk menjadi acuan kita terkait apa yang ingin kita lakukan untuk memenuhi tuntutan dari permintaan diri kita sendiri. Sehingga ketika itu tercapai maka resolusi kita berhasil bekerja dengan baik.
Aku sendiri merupakan orang yang tidak terlalu sering membuat resolusi, walaupun aku setuju dengan tujuan dan manfaat adanya hal tersebut untuk menjadi reminder kepada kita agar masih sesuai dengan track kita. Tapi aku yakin setiap individu memiliki suatu rencana hidup mereka walaupun itu tidak tertuang secara gamblang sebagai resolusi tahun baru mereka. Mungkin semenjak adanya media dimana semua dapat terkoneksi hal ini menjadi suatu tradisi dan fenomena perilaku bagi seseorang untuk melakukannya. Jujur saja saya merupakan salah satu orang yang cukup sering mengonsumsi media sosial salah satunya twitter. Tidak sering banyak yang memposting gambar terkait pertanyaan apa resolusi kita. Hal itu ketika saya temukan sedikit membuat saya terhenti untuk berpikir sejenak "hmm apa ya resolusi saya?", sepertinya ada kekuatan tersendiri untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, kalau tidak menjawab saya merasa saya tidak memiliki resolusi atau rencana kedepan. Mungkin saat itu saya tidak memiliki bayangan apa-apa terhadap apa yang saya lakukan setelah hari ini, atau mungkin saya merupakan tipe orang yang hanya menjalani hari demi hari sebaik saya, sehingga apa yang saya dapatkan kedepannya merupakan hasil dari apa yang saya lakukan saat ini. Namun muncul pernyataan "Kan tidak ada salahnya membuat rencana atau resolusi hidup, toh kalau tidak terwujud ya tidak apa-apa, karena itu masih suatu rencana saja". Beberapa orang berpendapat hal itu lumrah-lumrah saja terjadi karena mungkin hal yang diperdebatkan disini adalah ketika satu sisi merupakan orang yang memiliki visi mereka harus tuangkan dalam sebuah rencana hidup, disisi lain mereka tidak terlalu serta merta semuanya harus ditulis berdasarkan visi mereka, karena pada dasarnya manusia hidup diwaktu saat ini. Ketika saya mengamati kedua hal ini pembeda yang paling signifikan adalah bagaimana mereka memandang suatu 'kekecewaan' itu sendiri. Ya kekecawaan, tubuh dan emosi manusia memiliki perbedaan dalam menanggapai suatu kekecewaan dalam hidup, dimana suatu hal tidak berjalan seperti yang mereka harapkan. Hal ini disebabkan karena muncul kalimat retorik 'apa yang didapatkan ketika berharap?' ya jawabannya pasti harapan tersebut tercapai atau sebaliknya. Manusia memiliki pandangan berbeda terhadap harapan, ada yang mengangapnya sebagai suatu hal yang diperlukan setiap saat karena itu salah sati faktor kenapa manusia bisa hidup sampai saat ini, dan ada yang menganggapnya itu hanya sebuah alternatif pelarian pikiran kita untuk mengihdari pikiran negatif lainnya, sehingga esensi tersebut tidak menjadi basis prinsip hidup seseorang. Faktor lain yang mempengaruhi dari penilaian ini juga merupakan persepsi mereka yang terbentuk dari latar belakang yang berbeda dan pengalaman hidup yang berbeda pula, sehingga masing-masing merupakan individu yang tangguh namun jika diterapkan formula yang sama maka hasil yang keluar akan jauh berbeda.
Mungkin kedua hal tersebut masih menjadi dilema bagi beberapa orang saat ini, terutama bagi mereka yang sedang asik mencari jati diri mereka. Dalam presepsi saya, kedua hal tersebut tidak terlalu penting untuk diperdebatkan, karena ya memang bukan hal yang patut diperdebatkan karena setiap orang berbeda dan memiliki pilihan masing-masing. Kalau saya bisa tutup tulisan ini mungkin lakukan saja apa yang kita ingin lakukan, ketika sesuatu hal dibutuhkan dengan rinci ya tidak mengapa jika kita menyusun rencana hidup secara detail, lalu jika kita merasa hal itu tidak terlalu dibutuhkan saat ini, ya coba refleksikan dahulu apa yang kita benar-benar butuhkan dalam hidup, karena dalam merencakan sesuatu tidak ada kata terlambat melakukannya. Semua itu tergantung dari kesehatan mental dan pikiran kita.
Kita berjumpa lagi dengan nama tahun yang berbeda lagi kali ini. 2021 tidak terasa sudah berjalan 1 bulan lebih. Setiap tahun pasti memiliki identitas sendiri. 2020 contohnya tahun tersebut memperkenalkan dirinya terhadap manusia sebagai sebuah perkenalan yang membuat manusia mulai sadar bahwa kehadiran mereka mempercepat waktu akan sebuah peradaban bumi ini. Di tulisan ini aku ingin sedikit memberikan kredit terhadap tahun 2020, sebab tanpanya "kita" manusia akan selalu berpikir bahwa kita selalu maju, waktu selalu maju, "kita" selalu benar terhadap apa yang kita percaya benar. Sayangnya tidak ada yang mengatakan benar secara gamblang sejak ribuan tahun yang lalu. Setiap kata benar dan salah selalu ada konsekuensi masing-masing.
Sebelum ini aku sering mendambakan akan hari esok, karena aku merasa setiap hari merupakan hari yang penuh pertanyaan dan rutinitas yang sama. Tapi suatu waktu otaku mengatakn "euruka!, kau tidak akan pernah mendambakan masa depan, kau belum hidup disana, yang kau dambakan selama ini adalah saat ini". Kata terebut terlintas di benakku sejenak, dan membuatku sedikit agak tenang. Konsep "kebenaran" ini baru kutemukan beberapa jam yang lalu. Sementara ini aku ingin berpegang pada hal itu, seperti yang kukatan sebelumnya bahwa di dunia ini tidak ada kebenaran dan kesalahan mutlak jadi mungkin nanti apa yang aku yakini akan berubah seiring aku tua.
Hari ini adalah hari Senin tapi Senin kali ini rasanya hampir sama kaya Senin sebelumnya. Ya kita tahulah sejak adanya pandemik ini aktivitas sekarang bisanya cuma dilakukan di rumah aja, itupun gak banyak. Karena aku ini sebenernya mahasiswa tengah semester jadi jadwal terbang ku cukup padat di kampus maupun di luar kampus. Kadang berpikir bahwa sekarang aku ngerasa sedikit capek nya hidup jauh dari rumah, jadi kalau emang ngerasa udah terlalu lama di kamar jadi gampang bosen, dan biasanya kalau udah bosen banyak pikiran yang mondar mandir, dan habis itu biasanya yang muncul adalah ribuan emosiku. Yang paling aku sering rasain ya pasti rasa kangen, makanya salah satu cara untuk melupakan rasa itu mungkin aku mulai menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan kampus yang mungkin aku mampu jalani. Awalnya emang agak tidak terlalu yakin, tapi aku coba untuk jalani. Dan metode itu cukup ampuh dalam menambah waktuku untuk kerja, dan juga bisa menyingkirkan pikiran-pikiran tadi.
Kalau dilihat-lihat lagi sekarang aku pulang ke rumah, dan lebih sering menghabiskan waktu aku di rumah. Yang dulunya jarang ketemu adek, sekarang setiap hari bisa ketemu adek. Yang dulu agak jarang kumpul sama temen, sekarang ibarat mau kumpul kapan aja pasti bisa. Tapi rasanya sedikit aneh untuk tetap melakukan apa yang biasa aku lakukan bersamaan dengan ini, harusnya mungkin bisa jadi momen yang cukup seru kalau bisa dijalanin bareng bareng. Kalau capek kerjaan bisa lepas stress dengan istirahat di rumah atau kumpul bareng temen. Tapi ternyata capek juga ngejalani dua-duanya, walaupun ada rasa pleasent di dalamnya. Jadi akhir-akhir ini aku coba cari kegiatan yang bisa menyibukkan aku untuk lebih fokus kepada bagaimana caranya biar aku bisa melalui waktu yang mudah dan susah ini dengan perlahan dan pasti bisa merelaksasikan pikiraku.
Dampak yang ditimbulkan ternyata membikin aku jadi lebih sering mantengin mata ke layar gadget, dan lagi-lagi yang dikonsumsi adalah hal yang sama dari sebelum-sebelumnya. Kalau buka Twitter rasanya jadi orang bebas bisa ngomong apa aja, walaupun masih dalam kadar batas wajar. Kalu ketemu Facebook ngerasa lagi buka album atau jurnal lama yang walaupun udah dilihat beberapa kali tetep aja bikin orang nyengar nyengir. Kalau buka Instagram jadi ngerasa aku menjadi orang yang mudah tergerak akan orang-orang yang menyuarakan hal positif di dalamnya. Kalau buka YouTube, ngerasa kalau dunia itu kecil banget dan ngelihat orang-orang yang aku liat setiap hari berasa jadi sahabat entah gimana caranya. Kalau buka Whatsapp,Line,dll ngerasa kalau informasi itu penting banget, dan kadang merasa bersalah kalau telat ngebales chat, walaupun sebenernya aku gak terlalu suka metode chat untuk komunikasi in manual way. Aku lebih suka cara lama, yaitu ketemu langsung sama orangnya dan ngobrol ngalor ngidul, tapi paling engga aku jauh lebih mengetahui karakter seseorang dibanding melalui chat. Namun dengan kondisi yang kaya gini pasti komunikasi pun akan susah.
Jadi menurut aku, apapun yang kita lakukin untuk dimasa yang mungkin cukup menyulitkan ini kita tetap dapat menjalani aktivitas seperti yang sebelumnya kita lakukan walaupun dengan cara yang beda-beda, mungkin bagi yang masih bekerja diluar selalu diberi kesehatan serta semangat kerja. Karena aku yakin kita yang kerja di rumah juga pasti ngerasa hal yang sama. Memanfaatkan secara maksimal jenis device kita yang ada untuk tetap produktf, karena mumpung, mumpung kita setidaknya masih diberi sedikit kelonggaran dalam tempat bekerja yang sekarang bisa dilakuin di rumah. Tambah banyak informasi yang sebelumnya belum pernah kita akses ataupun suka, sekarang waktunya untuk ngulik-ngulik informasi kaya gitu, karena aku yakin pasti in the end of the day itu bakal berguna bagi kita, entah gimana caranya tapi ilmu itu gak mungkin bertepuk sebelah tangan sama kita. Selamat hari Senin untuk semuanya.
Playing Una Mattina by Ludovico Einaudi for a hundred times today. My writing skills is getting worse right now. To be honest, this blog is kind of like my diary, because i know no one gonna read my word. I have to work right now, but i'm not in the mood. So i've decided to meditate my mind, and my mind said i have to write something. And suddenly i have thought about a lot of things. About my past, present, or just something in the corner of my room. And i have so much questions about anything, such as do you belive in reincarnation? what happen to dead people now? when i died where i get burried, who's gonna cry when i died? or personal question like am i going to find the one and get married ?. I think the answer for all of that question is I just need somone. Not just someone, but the one who i can throw my compasionate toward him without any hesitation. Someone who want to listen my boring story. Someone who want's my ugliness and my perfection. Someone who can make me feel like a natural women. This is not romance that i talk, or that 'love' thing. It just a little bit of my worries about not find the one. I'm so scared that this is something like admiring paintings in the museum and i have a million dolar to buy it, but when i have my choice i let 'em go. I just keep walking away from it, and never comeback. Such a fool, i am the person who never take somthing for granted, just like fooling around but to scared to fall. Or I just never try ?, I should stry isn't it?
i hate it when i'm doing this things. Mumbling about 'this topic' like a teenage girl. I hate it. I hate it so much. I don't know what stone did i have to bring to the top of the misty mountain. Don't take my burden away God. Just give me strenght to climb up the mountain, like everybody else did. And i just want to say that i'm feeling grateful today.
-Kata orang seorang penulis bisa menulis kapan saja walau di kepala ide sedang asat. apa iya??
Halo hari Senin, saya mulai nulis lagi akhirnya saudara-saudara. Entah apa yang dibenak saya selama ini, kadang sudah dapat materi menulis dan juga ada waktu malah yang nyapa si nunda. Lama - lama sering dihampiri dengan si nunda- nunda ini. Yasudah walhasil tidak ada yang dikeluarkan. Ya begini kalau jadi penulis amatir, jarang nulis tapi sekali nulis basa-basinya banyak. Ealah.. Tapi karena ini di blog saya sendiri jadi saya yang punya aturan sendiri, itu di halalkan saja di sini. Jadi sebenernya saya ini mau hanya mau nyapa saja blog yang sudah agak lama ini nganggur ditambah ingin menghangatkan lagi suasana liburan ini. Jadi sebenernya saya ini seorang mahasiswa disuatu Perguruan Tinggi Negeri . Itu bukan hal yang penting cuma harus saya tulis karena bahasan saya nanti tidak jauh-jauh dari itu. Yup mahasiswa, adalah sebutan bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi yang nantinya diharapkan dapat gelar diakhir kuliahnya, yang konon katanya orang-orang ini kelak akan dipeta-petakan di dunia kerja yang serba cepat ini.
Setelah liburan Idul Fitri kemarin, saya memutuskan untuk pulang kampung ke Jogja dengan harapan dapat istirahat sejenak dari dunia kampus serta melepas rindu dengan keluarga tercinta di Jogja. Walaupun tidak banyak yang bisa dilakukan di waktu liburan tapi cukup memberikan saya sedikit pencerahan. Karena setelah sekian waktu tidak ketemu dengan anak-anak Jogja, saya jadi agak kagok terhadap teman-teman saya, ketika saya sadar bahwa ternyata anak-anak sepermainan saya sudah banyak yang mulai terlihat arah anginnya, walaupun tidak terlalu jelas. Liburan tahun ini memang agak beda rasanya, yang mungkin dulu punya jatah waktu luang banyak, tapi sekarang kata magang sudah tak asing lagi didengar di dalam obrolan kita. Yang dulu sering ngomong ngalor ngidul sekarang yang dibicarakan kalau ya tidak masalah yang lebih crucial yang dulu dianggap gengsi ketika dibicarakan namun jadi hangat ketika membicarakan itu ditambah dengan teh anget, martabak manis, dan rame-rame. Yagitulah namanya juga hidup, kaya air aja gak kerasa udah sampe sumur ngalirnya. Sebagai bukan seorang anak magang saya sebenernya agak gak pantes sih kalau ngomongin jauh-jauh, takutnya malah penggiringan opini, tapi ya paling tidak saya masih bisa nulis. Iya nulis, walaupun bukan cerita saya sendiri tapi paling tidak apa yang saya alami mungkin juga dialami kawan yang ada di luar sana yang semisal bingung mengisi waktu liburan nya seperti saya, banyak yang dapat dilakukan contohnya ya nulis di blog, atau yang gak suka masak coba lah belajar masak walaupun gak enak, ataupun nulis walaupun ya yang baca juga gak banyak-banyak amat.
Cukup sekian dari saya Wassalam..
Jika aku diberi pertanyaan.. tempat yang paling memiliki makna dalam hidupku itu dimana.. aku pasti akan menjawab my room which is kamarku..
Aku menganggapnya kamar memiliki dampak yang luar biasa bagiku.. dalam memikirkan sesuatu.. dalam memutuskan sesuatu.. bahkan hampir semuanya kerja keras kulakukan dikamar.. kamarku seperti naungan tersenderiri yang kucipatakan untuk mengisi hari2 ku ketika ku pulang dari hiruk pikuk dan penatnya dunia luar.. tempat dimana aku bisa berpikir jernih tanpa ada yang mengintrupsi...
Aku baru sadar bahwa selama ini semua yang kujalani diluar ruangan.. sangat memiliki dampak yang besar dari hasil aku berdiam dikamar.. berdiam bukan berarti tidak melakukan apa2 tapi berdiam disini adalah tinggal dikamar untuk melakukan sebuat kegiatan tertentu..
Entah apa yang berbeda dari setiap kamar yang aku tinggali.. namun setiap kamar itu tetap akan jadi sebuah kamar yang masih meninggalkan identitas nya bahwa kamar itu pernah atau masih menjadi kamarku.. aku melihat kamar bukan hanya sebuah ruang yang mempunyai delapan sisi sisi saja ataupun sebuah ruang empat dimensi.. aku melihat kamar seperti sebuah warna, bau, nuansa, dan cerita.. tempat ini adalah satusatunya tempat saksi bisu ku dalam lahirnya sebuah ide, tangisan yang tak henti2nya, ekspresi yang selalu kubuat didepan cermin, tempat dimana aku bekerja sampai larut, maupun sebagai tempat penaruh lelah dan penat, kamar ku seperti rumah ku.. rumah yang saat ini satu satunya harta yang aku punya.. tempat dimana aku merasa aman.. tempat dimana sebuah tulisan ini kutandakan untuk dia..
Moving on.. is something that not a lot of people were talked about.
Pertama aku cuma bilang bahwa moving on itu sesuatu hal yang pasti akan terjadi pada setiap manusia, dan kita pasti melaluinya. Kadang kita gak nyadar bahwa ternyata hidup ini udah menuntun kita sampai sejauh ini yang mana tanpa kita sadari kita udah berjalan jauh, bahkan kita terkadang gak menyadari apa yang barusan kita lewati, hanya terlintas saja. Entah karena kita terlalu menikmati perjalanannya atau memang karena kita terlalu fokus akan tujuan kita. Yang pasti itu semua pasti kita lalui. Ada momen-momen dimana kita harus melewati sebuah transisi dalam hidup, ''perubahan'' iya dari yang awalnya ulet jadi kupu-kupu, dari biji jadi tumbuhan, dari muda jadi tua, semua itu pasti mengalami transisi yang setiap perubahan nya selalu memiliki perbedaan dan karakternya masing-masing. Itu pun yang saat ini aku alami, 'transisi' dan berlanjut ke 'moving on'. Kadang untuk sekedar membayangkan prosesnya itu terlihat sangat seperti lumrah terjadi. Tapi ketika hal tersebut kita alami, seperti nya proses itu tak henti-henti nya, seperti waktu kadang melambat tiba-tiba. Entah aneh rasanya. Kadang waktu terasa cepat, tapi kadang waktu terasa lamban, aneh memang. Rasanya seperti setengah ber-paralized . Entah ini benar atau tidak, tapi faktany hal itu sedang terjadi di depan mata kita.
Ya mungkin kata beberapa orang ada benarnya, pada awalnya memang susah, bahkan ada orang yang butuh bertahun tahun untuk menyesuaikan diri akan transisi yang dialami nya, seperti ketika kepompong yang mulai keluar dari pupa nya, dia butuh beberapa waktu untuk memberikan peredaran darahnya membuka sayapnya, sehingga dia bisa terbang. The only matter is just a time. Waktu memang menyebalkan, sulit ditebak memang, kadang dimana ketika kita begitu membutuhkannya dia malah pergi, munculah kata 'kepepet', yang ketika orang selalu menunda nunda diawal dan mengerjakan semuanya di akhir. Entah itu akan maksimal atau tidak, itu sudah konsekuen yang harus diterima akan mempermainkan sang waktu. Lucu memang. Jadi aku berharap semoga kita semua yang saat ini sedang dirundung kebingungan oleh sebuah transisi itu, semoga yang di atas selalu memberi kita kekuatan dan kesabaran mengenai apapun yang akan kita hadapi kedepannya.
✌Keep Positive💛
Sudah lama aku tidak post mengenani book review di blog, hal ini karena banyaknya hal yang harus aku lakukan, dan jadwal yang sangat padat. Pernah kepikiran untuk nulis book review di blog tapi selalu ujung-ujungnya nulis yang lain. Sekarang karena saya selo, dan sedang mood sehingga munculah niat untuk nulis.
Jadi kali ini aku bakal ngeriview buku yang aku baca yaitu "Outliers" karya Malcolm Gladwell. Aku pertama kali liat buku di toko buku pada saat dimana aku sedang sibuk sibuknya karena kerjaan sekolah. Terus terpikirkan olehku untuk beli, tapi akan aku baca setelah aku punya waktu, dan aku pun beli bukunya. Aku itu tipikal orang yang jarang banget baca buku psikologi, tapi karena aku tertarik sama sinopsis nya sehingga aku memutuskan untuk beli.
Buku ini berisi banyak bagian, dan disetiap bagian Malcolm menceritakan kisah yang berbeda-beda. Yang isinya kebanyakan kisahnya meneritakan mengenai kesuksesan seseorang. Dalam buku ini Malcolm menggambarkan bahwa arti kesuksesan itu sangat luas, dan benyak sekali faktor faktor dari faktor kebetulan maupun faktor yang bisa diraih dengan usaha, itu dibahas dibuku ini. Buku ini juga disamping menceritakan suatu kejadian , juga beberapa bagian menampilkan sebuah data-data. Buku ini disamping sangat informatif, namun juga tetap ada pesannya. Buku ini cocok banget bagi kalian yang suka baca buku mengenai self improvement tapi dengan gambaran sebuah cerita orang lain, sehingga kesan nya tidak monton. Buku ini sering aku baca saat sore di depan teras rumah, karena buku ini cocok menjadi bacaan ringan, jika kalian baca buku ini dianjurkan untuk ngopi ngopi atau minum teh :). Tapi menurut aku ada beberapa bagian yang terlalu dijelaskan terlalu mendetail sehingga kadang ada beberapa bagian yang tidak perlu namun tetap dimasukkan, sehingga menjadi sedikit membosankan. Namun dari semua keseluruhan buku ini lumayan bagus, untuk dibaca saat waktu senggang.